Rabu, 07 Maret 2018

Berjuanglah

Jika kau tahu langkahmu akan terhenti, namun kau tetap melangkah demi memberi manfaat pada dirimu dan sekitarmu, itulah perjuangan

Jika kau tahu matamu akan tertutup, namun kau tetap melihat indahnya ciptaan Tuhan dengan penuh pengharapan, itulah yang kusebut penantian

Jika kau tahu mulutmu akan berhenti berbicara, namun kau tetap menasehati dirimu dan sekitarmu dengan tak lupa memberikan teladan, itulah sebenar-benarnya sifat tabligh atau menyampaikan

Jika kau tahu harapanmu telah sirna, pagimu akan segera tiba, namun kau tetap membayangkan masa-masa indah bersamanya, itulah saatnya kau harus bangun dan membuka mata

Jika kau temukan haluan baru, dan kau yakin disanalah terdapat masa depanmu, kejar dan dapatkan! karena disanalah harapan itu.

Minggu, 31 Desember 2017

Hati Membatu

Hati juga bisa membatu ibarat air yang membeku
seumpama lidah yang berubah menjadi kelu
laksana jalanan terjal yang penuh dengan lika-liku
atau seperti dedaunan yang telah lama layu

Hati manusia sudah selayaknya bisa membatu
karena ia diciptakan dari darah yang membeku
yang bisa memacu mata untuk mengeluarkan tangisan dengan menderu-deru
terjadi tanpa mengenal ruang dan waktu

Yang hilang dari kita

Dahulu kala...
masyarakat kita terkenal akan kehalusan sikap dan tutur kata
tata krama menjadi senjata yang kita bangga-banggakan hingga seluruh penjuru dunia
belum lagi kebiasaan bermusyawarah, gotong-royong, tolong-menolong dan sikap tenggang rasanya
seakan-akan menunjukkan kepada dunia bahwa inilah adat dan budaya timur yang sebenarnya

Namun kini...
setelah diri ini beranjak dewasa semua seolah sirna
sifat-sifat terpuji masyarakat kami dikikis dengan tayangan yang mereka tonton setiap harinya
televisi bak guru yang selalu mereka jadikan tuntunan dalam bersikap dan bertata laksana
yang sedikit demi sedikit mempengaruhi gaya hidupnya

Yang kaya semakin kaya dan berlagak jumawa
yang miskin terlilit kebutuhan hidup dan gaya hidupnya
karena kaya miskin sebenarnya bukan terletak pada harta
namun pada hati setiap manusia yang mensyukuri nikmat Tuhannya

Setiap kali rasa syukur hendak muncul, seketika sinetron menghempaskannya dengan adegan-adegan materialistis yang disajikannya
Setiap kali qanaah hendak dijaga, seketika itu pula hedonisme ala sinetron yang masyarakat kami tonton melepaskannya

Akhirnya, kami hanya bisa berharap, semoga tak lekas hilang dari kami nilai-nilai luhur yang nenek moyang kami wariskan, agar masih terjaga dan tak akan sirna dari generasi ke generasi berikutnya.

Sabtu, 23 Desember 2017

El Classico LaLiga atau Gojek Liga1?

El Classico LaLiga atau Gojek Liga1?

Ada yang berbeda dari laga El Classico yang saya tonton malam ini. Biasanya pertandingan sepak bola di liga negara-negara Eropa selalu dikomentari oleh komentator yang menggunakan bahasa Inggris. Dilihat dan didengar terasa pas, pemain bule dengan bahasa ala bule. Para pemainnya berbadan tinggi tegap, hidung mancung, rambut stylish, kulit putih, beberapa dihiasi dengan tattoo.  Walaupun ada beberapa pemain yang berkulit hitam atau negro.

Malam ini yang saya lihat pemain bule, lapangan dengan rumput hijau kotak-kotak yang rata, shootingan kamera dengan kualitas tinggi sehingga nyaman untuk ditonton mata, tetapi oleh stasiun TV swasta Indonesia yang menayangkan laga tersebut, komentator aslinya yang berbahasa Inggris dihilangkan, lalu diisi dengan komentaror bahasa Indonesia. Terasa ada yang aneh. Laga El Classico, tapi yang komentar temannya Bung Jebret. Seperti ada kolaborasi antara LaLiga dengan Gojek Liga1.

Itu pendapat saya, tentu bukan bermaksud untuk merendahkan atau membanding-bandingkan. Justru sebaliknya, saya berharap Liga donesia bisa maju, kompetitif dan sebaik LaLiga dan liga-liga di Eropa pada umumnya. Sehingga menghasilkan pemain-pemain berkualitas, yang muaranya bisa menghasilkan timnas Indonesia yang tangguh pula, sehingga bisa berbicara banyak di kancah Asia dan dunia.

Itu menurut saya, bagaimana kalau menurut anda?

Senin, 11 Desember 2017

Sekelebat

Tiba-tiba aku teringat tentangnya
Suaranya, riuh rendah manjanya, dan tatapan sayu matanya seketika menerkam jiwa, membangunkan hati yang gundah gulana
Padahal mana boleh kita gundah gulana karena manusia, sehingga sekelebat saja aku dibuat tersadar karenanya

Sama halnya hari ini, ramai kulihat orang dengan cepat melaju
Memacu kendaraan mereka dengan sekelebat nan menderu-deru
Roda dua, roda empat bahkan yang tak pakai roda semuanya saling berpacu
Terburu-buru ingin segera sampai di tempat mereka beradu

Apa gerangan yang menjadikan mereka begitu?
Apakah tuntutan pekerjaan yang harus segera diselesaikan tanpa bisa diganggu?
Atau lembaran-lembaran rupiah yang bisa memenuhi syahwat duniawi dan nafsu?
Ataukah ia sadar, karena ia adalah hamba dari Tuhan yang memiliki sifat Al-'Afwu?

Wallahu a'lam,
nyatanya pandangan orang berbeda-beda
Persepsi tentang segala suatu hal pun pastilah tak sama
Lalu apa hak diriku untuk menerka-nerka Bahkan memvonis tujuan hidup mereka, sungguh tak bisa dan aku tak punya kuasa atasnya

Maka yang bisa aku lakukan hanya menjadikan itu semua sebagai pelajaran hidup
Agar semangatku tak mudah redup
Walau hati yang ingin kutambatkan padanya telah tertutup
Ibarat bunga, ia telah dipetik sebelum terlihat kuncup

Bunga itu, entah redup atau sengaja meredupkan diri
Yang jelas, sama sekali tak pernah bisa kurenggut lagi
Tak bisa kumiliki sampai akhir hayat nanti
Karena wanginya telah ia gadaikan kepada masa lalunya dengan berikrar janji suci sehidup semati

Bunga itu menguncup karena nafsu
Merekah dan memerah atas dasar nafsu
Lalu gugur bersama desiran angin diselimuti nafsu
Dan karena nafsu, akhirnya semua menjadi semu.

Sabtu, 07 Oktober 2017

Hatiku Bergejolak

Hatiku bergejolak otakku mendidih
bukan karena cinta ditolak lalu raga meringkih
bukan pula langkah terhentak lalu suara menjadi lirih
ataukah hati yang telah terkoyak hingga menimbulkan rasa perih

Hatiku bergejolak untuk segera memilih
menambatkan hati agar tersandar kepada sang kekasih
kekasih yang kupilih sendiri dengan adanya rasa kasih
bukan yang dipilihkan sehingga tiada benih kasih walaupun juga tanpa pamrih

Asal cepat mungkin apapun juga akan disikat
asal tepat maka haruslah teliti dan cermat
karena cinta tak bisa dipaksa dengan logika
ia muncul tiba-tiba sebagai perwujudan rasa

Rasa yang hinggap di dalam dada
sebagai konsekuen dari pandangan mata
atau getaran lembut suara
kadang bisa juga datang tiba-tiba tanpa bisa dijelaskan denga kata-kata

Jumat, 22 September 2017

Bunglonkah aku?

Kuawali tulisan dengan sebuah pembenaran, agar tak terlalu naif diriku dihadapan saudara-saudara sekalian
Jika semua bani Adam (selain nabi SAW yang makshum) pernah berdosa, maka sebaik-baik pendosa adalah yang menyadari akan salahnya lalu sungguh-sungguh memperbaikinya

Demikian dengan aku, aku pernah salah di suatu tempat, dan berusaha berada di jalan yang benar pada tempat dan kesempatan yang lain

bunglonkah aku, jika beda orang berbeda pula persepsinya tentangku?
yang satu memandang hitam, sementara lainnya menduga putih

bunglonkah aku, jika nilai-nilai kebaikan yang kusampaikan tak semuanya pernah kulakukan?
aku menganjurkan orang lain ke barat, sementara fikiranku melesat jauh ke timur dengan cepat
aku membimbing orang-orang ke utara, padahal kakiku mundur mengarah selatan dengan membabi buta

lalu bunglonkah aku, jika aku mudah menghijau di antara dedaunan yang memberi manfaat pada dunia dan sekitarnya, tapi mudah pula menguning lalu memerah bata setibanya aku di tanah yang rata

Jika segala sesuatu pasti berubah, maka pantaslah dia berubah dan aku pun akan berubah dengan hati yang terbiasa dilatih untuk tabah