Tiba-tiba aku teringat tentangnya
Suaranya, riuh rendah manjanya, dan tatapan sayu matanya seketika menerkam jiwa, membangunkan hati yang gundah gulana
Padahal mana boleh kita gundah gulana karena manusia, sehingga sekelebat saja aku dibuat tersadar karenanya
Sama halnya hari ini, ramai kulihat orang dengan cepat melaju
Memacu kendaraan mereka dengan sekelebat nan menderu-deru
Roda dua, roda empat bahkan yang tak pakai roda semuanya saling berpacu
Terburu-buru ingin segera sampai di tempat mereka beradu
Apa gerangan yang menjadikan mereka begitu?
Apakah tuntutan pekerjaan yang harus segera diselesaikan tanpa bisa diganggu?
Atau lembaran-lembaran rupiah yang bisa memenuhi syahwat duniawi dan nafsu?
Ataukah ia sadar, karena ia adalah hamba dari Tuhan yang memiliki sifat Al-'Afwu?
Wallahu a'lam,
nyatanya pandangan orang berbeda-beda
Persepsi tentang segala suatu hal pun pastilah tak sama
Lalu apa hak diriku untuk menerka-nerka Bahkan memvonis tujuan hidup mereka, sungguh tak bisa dan aku tak punya kuasa atasnya
Maka yang bisa aku lakukan hanya menjadikan itu semua sebagai pelajaran hidup
Agar semangatku tak mudah redup
Walau hati yang ingin kutambatkan padanya telah tertutup
Ibarat bunga, ia telah dipetik sebelum terlihat kuncup
Bunga itu, entah redup atau sengaja meredupkan diri
Yang jelas, sama sekali tak pernah bisa kurenggut lagi
Tak bisa kumiliki sampai akhir hayat nanti
Karena wanginya telah ia gadaikan kepada masa lalunya dengan berikrar janji suci sehidup semati
Bunga itu menguncup karena nafsu
Merekah dan memerah atas dasar nafsu
Lalu gugur bersama desiran angin diselimuti nafsu
Dan karena nafsu, akhirnya semua menjadi semu.